Friday, December 12, 2014

MANAJEMEN KEUANGAN "UNIT COST DAN ANALISIS BREAK EVENT POINT"



Unit Cost adalah sebagai hasil pembagian antara total cost yang dibutuhkan dibagi dengan jumlah unit produk yang dihasilkan.
Unit Cost adalah biaya per unit produk, yang secara sistematis dapat didefinisikan sebagai nilai pembagian antara total cost yang dibutuhkan dengan jumlah unit produk (barang atau jasa) yang dihasilkan.

Manfaat dari unit cost adalah:
-          Membantu manajemen dalam menilai dan meninjau positioning biaya terhadap suatu biaya yang dikeluarkan di masa depan.
-          Memberi masukan atau acuan dalam mengusulkan tariff baru berdasarkan perhitungan biaya perunit.

Cara menghitung unit cost:
Diketahui bahwa perusahaan ABC bergerak dibidang garment, dimana setiap bulannya biaya total cost adalah 50 juta dan perusahaan juga memiliki biaya output yang dikeluarkan oleh perusahaan. Jadi biaya total output yang dikeluarkan perusahaan adalah 25 juta. Bagaimanakah cara penghitungan unit cost pada perusahaan ABC tersebut?
Jawaban :
Diketahui: biaya total cost : 50 juta
                  Biaya total output : 25 juta
Ditanya : unit cost?
Jawaban: unit cost = TC / TO
                               = 50.000.000 / 25.000.000
                               = 25.000.000

Break Event Point adalah titik impas dimana keadaan jumlah pendapatan dan biaya sama atau seimbang sehingga tidak terdapat keuntungan atau kegiatan. Dan dapat menganilisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapat keuntungan atau profit.

Break Event Point (BEP) memerlukan komponen penghitungan dasar yaitu:
1.      Fixed Cost. Komponen ini merupakan biaya yang tetap atau konstan jika adanya tindakan produksi atau meskipun perusahaan tidak berproduksi. Contoh biaya ini yiatu biaya tenaga kerja, biaya penyusutan mesin.
2.      Variabel Cost. Komponen ini merupakan biaya per unit yang sifatnya dinamis tergantung dari tindakan volume produksinya. Jika produksi yang direncanakan meningkat berarti variabel cost pasti akan meningkat. Contoh biaya ini yaitu biaya bahan baku dan biaya listrik.
3.      Selling Price. Komponen ini adalah harga jual per unit barang atau jasa yang telah diproduksi.

Rumus yang digunakan untuk menganalisis BEP ini terdiri dari dua macam sebagai berikut:
1.      Dasar Unit
Berapa unit jumlah barang atau jasa yang harus dihasilkan untuk mendapatkan titik impas : BEP = FC/ (P-VC)
2.      Dasar Penjualan
Berapa rupiah nilai penjualan yang harus diterima untuk mendapatkan titik impas : FC/ ( 1- (VC/P)) *penghitungan (1- (VC/P)) biasa juga disebut dengan istilah Margin Kontribusi Per Unit
Contoh:
Total biaya tetap senilai Rp. 100 juta (FC)
Total biaya variabel per unit senilai Rp. 60 ribu (VC)
Harga jual barang per unit senilai Rp. 80 ribu (P)

Penghitungan BEP Unit
BEP = FC/ (P – VC)
BEP = 100.000.000/ ( 80.000 – 60.000)
BEP = Rp 5000

Penghitungan BEP Rupiah
BEP = FC/ (1 – (VC/P))
BEP = 100.000.000/ (1 – (60.000/80.000))
BEP = Rp. 400.000.000

Dari analisis inilah perusahaan dapat meramalkan keuntungan yang dapat diperoleh (target laba) berdasarkan berapa penjualan minumnya. Adapun rumus untuk menghitung target ini sebagai berikut:
BEP – Laba = (FC + Target Laba)/ (P – VC)
Menghitung target laba ini, FC, VC, dan P yang sama dengan contoh sebelumnya, perusahaan ini menargetkan laba sebesar RP 80 juta per bulan.

BEP – Laba = (FC + target Laba) / (P – VC)
BEP – Laba = ( 100.000.000 + 80.000.000) / (80.000 – 60.000)
BEP – Laba = 180.000.000 / 20.000
BEP – Laba = 9.000 unit
BEP – Laba = Rp. 720 juta ( 9.000 unit x Rp. 80.000)
Untuk membuktikan bahwa dengan menjual 9.000 unit perusahaan akan perusahaan akan mendapatkan laba sebesar Rp. 720 juta.

Biaya tetap adalah biaya yang tidak dapat berubah selama periode tertentu, tetapi dapat berubah secara total dengan kondisi perubahan yang besar dari sebuah aktivitas atau volume. Biaya yang tidak berubah jumlahnya walaupun kegiatan bisnis meningkat atau menurun. Beberapa pengeluaran mendapatkan karakteristik sebagi biaya tetap berdasarkan kebijakan manajemen. Contohnya adalah pajak. Dimana pembayaran pajak selalu di keluarkan secara rutin setiap tahunnya dalam jumlah yang sama. total uang kuliah yang harus dibayarkan setiap semester. Dalam komposisi pembayaran uang kuliah, SPP merupakan biaya tetap karena jumlah yang akan kita bayarkan tidak berubah meskipun kita berada di semester 1 ataupun di semester 10.

Biaya variabel adalah jenis biaya yang dapat difungsikan untuk melengkapi biaya tetap dan bersifat dinamis. Ia mengikuti banyaknya jumlah unit yang diproduksinya ataupun banyaknya aktiftas yang dilakukan. Biaya variabel ini meliputi biaya bahan langsung, pekerja langsung, bahan penolong tertentu, pekerja tidak langsung tertentu, biaya karena perkakas yang mudah rusak, biaya pengerjaan ulang, dan biaya karena kerusakan yang normal. Biasaya biaya variabel dapat secara langsung diidentifikasi dengan kegiatan yang mengakibatkan adanya biaya tersebut.

Peranan Unit Cost Dan Analisis Break Event Dalam Keuangan Pendidikan
Satuan biaya pendidikan merupakan biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk melaksanakan pendidikan di sekolah per muridtahun anggaran. Satuan biaya ini merupakan fungsi dari besarnya pengeluaran sekolah serta banyaknya murid sekolah ( Fattah, 2000:27). Biaya pendidikan yang selalu naik, dengan perhitungan pembiayaan dalam satuan Unit Cost = biaya. Tinjauan unit cost ini data bermacam-macam menurut luasnya faktor yang diperhitungkan. Unit cost lengkap adalah perhitungan unit cost berdasarkan fasilitas yang dikeluarkan untuk penyelenggaran pendidikan seperti gedung, halaman sekolah, lapangan, gaji guru, gaji personil, pembiayaan bahan dan alat dihitung secara keseluruhan program baik yang tergolong dalam kurikulum yang ekstra kurikuler. Unit cost setengah lengkap adalah cara memperhitungkan biaya kebutuhan bahan dan alat yang berangsur-angsur  habis walaupun jangka waktu yang berbeda. Kapur tulis misalnya tidak seimbang jangka waktu habisnya jika dibandingkan dengan meja dan kursi yang dipakai siswa. Dalam perhitungan ini unit cost setengah lengkap ini masih dipersoalkan kedudukan biaya personil dan barang-barang yang secara tidak langsung berhubungan dengan siswa. Unit cost sempit adalah unit cost yang diperlukan hanya untuk memperhitungkan biaya langsung berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar menyangkut buku, alat pelajaran dan alat peraga. Dengan memperhitungkan unit cost ini maka dapat diketahui manakah diantara bidang-bidang pelajaran yang diberikan di sekolah yang paling mahal unit costnya.

Tuesday, December 9, 2014

MANAJEMEN KEUANGAN "PENJUALAN JASA PENDIDIKAN"



Pengertian Harga Pokok Penjualan
Harga pokok penjualan atau HPP adalah istilah yang digunakan pada akuntansi keuangan dan pajak untuk menggambarkan biaya langsung yang timbul dari barang yang diproduksi dan dijual dalam kegiatan bisnis. Ini termasuk biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead dan tidak termasuk periode (operasi) biaya seperti penjualan, iklan atau riset dan pengembangan.

Perhitungan Harga Pokok Penjualan
Harga pokok penjualan (HPP) = persediaan awal + pembelian bersih - persediaan akhir
Berikut adalah bagan alur perhitungan yang saya buat sedemikian rupa sehingga menjadi lebih sederhana dan mudah dipahami:





Penjelasan:
Dari bagan di atas jelas terlihat bahwa, alur penghitungan “Harga Pokok Penjualan” perusahaan manufaktur melalui 4 tahapan, mengikuti alur produksi, yang terdiri dari:
  • Tahap 1           : Perhitungan “Bahan Baku Yang Digunakan”
  • Tahap 2           : Perhitungan “Total Biaya Produksi”
  • Tahap 3           : Perhitungan “Harga Pokok Produksi”
  • Tahap 4           :  Pergitungan “Harga Pokok Penjualan”
Berikut adalah penjelasan lebih rincinya:
Tahap 1
Perhitungan Bahan Baku Yang Digunakan
Saldo Awal Persediaan Bahan Baku – Yang dimaksud dengan “saldo awal persediaan bahan baku” adalah total nilai persediaan bahan baku di awal periode yang dihitung (awal bulan untuk bulanan dan awal tahun untuk tahunan). Saldo awal periode yang dihitung sama dengan saldo akhir periode sebelumnya yang secara global bisa dilihat di Neraca, sedangkan per jenis bahan baku bisa dilihat di buku persediaan (inventory ledger) dan kartu stock. Cakupan “bahan baku” dalam hal ini termasuk: bahan penolong/pembantu/apapun namanya.
Pembelian Bahan Baku – Yang dimaksud dengan “pembelian bahan baku” dalam hal ini adalah total pembelian bahan baku (termasuk bahan penolong) NETO selama periode yang dihitung. Misalnya: “Perhitungan HPP untuk bulan Juni 2012”, berarti total pembelian bahan baku dari 1 s/d 30 Juni 2012. Jika “Perhitungan HPP untuk Tahun 2012”, berarti total pembelian bahan baku dari 1 Januari s/d 31 Desember 2012. Bisa dilihat di buku besar persediaan. Dan “NETO” dalam hal ini artinya: sudah memperhitungkan pengurangan dan penambahan akibat adanya discount, rabat, dan retur.
Saldo Akhir Persediaan Bahan Baku – Yang dimaksud dengan “saldo akhir persediaan bahan baku” adalah total nilai persediaan bahan baku (yang tersisa) pada akhir periode yang dihitung—setelah dilakukan penghitungan fisik dan penyesuaian-penyesuaian.
Bahan Baku yang Digunakan – Yang dimaksud dengan “bahan baku yang digunakan” dalam hal ini adalah total bahan baku yang diolah (diproduksi) untuk menghasilkan produk yang diinginkan. Angka ini (Rp 67,000 dalam contoh) diperoleh dengan menggunakan formula perhitungan seperti yang terlihat pada bagan: saldo awal persediaan bahan baku + pembelian bahan baku – saldo akhir persediaan bahan.
Tahap 2
Perhitungan Total Biaya Produksi
Bahan Baku yang Digunakan – Ini pindahan dari perhitungan tahap 1
Biaya Tenaga Kerja Langsung – Yang dimaksud dengan “biaya tenaga kerja langsung” adalah total upah karyawan/buruh yang pekerjaannya berimplikasi langsung terhadap volume output produk yang dihasilkan. Angkanya bisa dilihat dari daftar pembayaran gaji untuk karyawan yang masuk dalam kelompok “tenaga kerja langsung”. Yang masuk dalam kelompok tenaga kerja langsung adalah pegawai yang dibayar berdasarkan jumlah jam kerja (yang ada rate per jamnya) atau berdasarkan volume pekejaan yang diselesaikan (biasa disebut borongan). Sedangkan pegawai bagian produksi di luar kriteria itu, tidak ikut dihitung.
Overhead Produksi – Overhead ini sering menjadi sumber kebingungan dan simpang-siur. Begini saja, yang dimaksud dengan “overhead produksi” adalah segala biaya yang berhubungan dengan aktivitas produksi selain bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung (lihat bahan penjelasan mengenai bahan baku di tahap-1). Termasuk dalam kelompok ini adalah biaya yang timbul dari aktivitas packaging, pengiriman barang, biaya pemeliharaan mesin dan peralatan, biaya pemeliharaan gedung pabrik dan gudang, penyusutan mesin dan peralatan, penyusutan gedung pabrik dan gudang.
Total Biaya Produksi – Yang dimaksud dengan “total biaya produksi” dalam hal ini adalah semua biaya yang timbul akibat aktivitas produksi yang berlangsung selama periode yang dihitung—termasuk bahan baku yang digunakan (itu sebabnya mengapa “biaya bahan baku yang digunakan” dari perhitungan tahap-1 diikutsertakan) ditambah biaya tenaga kerja langsung dan overhead produksi.
Note: Sampai pada tahap ini, perhitungan telah mencerminkan segala biaya/cost yang timbul dari aktivitas produksi selama periode yang dihitung, tetapi belum mengikutsertakan penggunaan “persediaan barang dalam proses” yang merupakan sisa (saldo akhir) periode sebelumnya. Itu sebabnya mengapa hasil perhitungan sampai pada tahap-2 ini disebut “Biaya produksi” saja—belum disebut Harga Pokok Produksi. Lanjut ke tahap-3.
Tahap 3
Perhitungan Harga Pokok Produksi
Total Biaya Produksi – Ini pindahan dari perhitungan tahap-2 (baca note di tahap-1)
Saldo Awal Persediaan Barang Dalam Proses – Yang dimaksud dengan “saldo awal persediaan barang dalam proses” adalah total nilai persediaan barang dalam proses di awal periode yang dihitung. Saldo awal periode yang dihitung sama dengan saldo akhir periode sebelumnya yang secara global bisa dilihat di Neraca, sedangkan rincian per item/jenis barang bisa dilihat di buku persediaan (inventory ledger) persediaan barang dalam proses.
Saldo Akhir Persediaan Barang Dalam Proses – Yang dimaksud dengan “saldo akhir persediaan barang dalam proses” adalah total nilai persediaan barang dalam proses (yang tersisa) pada akhir periode yang dihitung—setelah dilakukan penghitungan fisik dan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan.
Harga Pokok Produksi – Yang dimaksud denga “harga pokok produksi” adalah segala biaya/cost yang timbul dari aktivitas produksi pada masa yang dihitung (itu sebabnya mengapa total biaya produksi dari hasil perhitungan tahap-2 diikutsertakan) ditambah dengan saldo awal persediaan barang dalam proses, lalu dikurangi saldo akhirnya.
Note: Ketiga tahap (dari tahap-1 s/d tahap-3) ini sudah mewakili semua biaya/cost yang timbul dari aktivitas suatu proses manufaktur (pabrikan). Dengan kata lain, mencerminkan semua biaya/cost yang timbul akibat proses pengolahan dari bahan baku menjadi barang yang siap untuk dijual. Kasarannya, angka ini mewakili nilai persediaan barang jadi yang berhasil dibuat selama periode yang dihitung. Tetapi belum mengikutsertakan penggunaan persediaan barang jadi SISA dari periode sebelumnya. Itu sebabnya mengapa hasil perhitungan sampai tahap-3 ini disebut “Harga Pokok Produksi” saja—belum disebut Harga Pokok Penjualan. (Untuk menentukan Harga Pokok Produksi Satuan, perhitungan dibuat ditahap ini dengan cara membagi total nilai harga pokok produksi dengan jumlah output produk yang dihasilkan selama periode tersebut, dibuat per jenis/item produk.)
Tahap 4
Perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP)
Harga Pokok Produksi – Ini pindahan dari perhitungan tahap-3 (baca note di tahap-3)
Saldo Awal Persediaan Barang Jadi – Yang dimaksud dengan “saldo awal persediaan barang jadi” adalah total nilai persediaa barang jadi di awal periode yang dihitung. Saldo awal periode yang dihitung sama dengan saldo akhir periode sebelumnya yang secara global bisa dilihat di Neraca, sedangkan rincian per jenis/item barang bisa dilihat di buku persediaan (inventory ledger) barang jadi dan kartu stock.
Barang Tersedia Untuk Dijual – Yang dimaksud dengan “barang tersedia untuk dijual” adalah total nilai persediaan barang jadi—yaitu: barang jadi yang dihasilkan selama periode yang dihitung ditambah dengan saldo awal persediaan barang jadi (alias sisa barang jadi dari periode sebelumnya)—yang tersedia atau siap untuk dijual.
Saldo Akhir Persediaan Barang Jadi – Yang dimaksud dengan “saldo akhir barang jadi” adalah nilai persediaan barang jadi (yang tersisa) di akhir periode yang dihitung—tentunya setelah melalui penghitungan fisik dan rekonsiliasi (antara fisik barang dan catatan), serta adjustments yang diperlukan telah dimasukan.
Harga Pokok Penjualan (HPP) – Inilah hasil (angka) yang diperoleh diujung alur proses—setelah melalui empat tahap penghitungan—untuk menentukan harga pokok penjualan perusahaan manufaktur.