Pengertian Harga Pokok Penjualan
Harga pokok penjualan atau HPP adalah istilah yang digunakan pada
akuntansi keuangan dan pajak untuk menggambarkan biaya langsung yang timbul
dari barang yang diproduksi dan dijual dalam kegiatan bisnis. Ini termasuk
biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead dan tidak termasuk periode (operasi) biaya seperti
penjualan, iklan atau riset dan pengembangan.
Perhitungan
Harga Pokok Penjualan
Harga
pokok penjualan (HPP) = persediaan awal + pembelian bersih - persediaan akhir
Berikut adalah bagan alur perhitungan yang saya buat
sedemikian rupa sehingga menjadi lebih sederhana dan mudah dipahami:
Penjelasan:
Dari bagan di atas jelas terlihat bahwa, alur
penghitungan “Harga Pokok Penjualan” perusahaan manufaktur melalui 4 tahapan,
mengikuti alur produksi, yang terdiri dari:
- Tahap 1 : Perhitungan “Bahan Baku Yang Digunakan”
- Tahap 2 : Perhitungan “Total Biaya Produksi”
- Tahap 3 : Perhitungan “Harga Pokok Produksi”
- Tahap 4 : Pergitungan “Harga Pokok Penjualan”
Berikut adalah penjelasan lebih rincinya:
Tahap 1
Perhitungan Bahan Baku Yang
Digunakan
Saldo
Awal Persediaan Bahan Baku – Yang dimaksud dengan “saldo awal persediaan bahan
baku” adalah total nilai persediaan bahan baku di awal periode yang dihitung
(awal bulan untuk bulanan dan awal tahun untuk tahunan). Saldo awal periode
yang dihitung sama dengan saldo akhir periode sebelumnya yang secara global
bisa dilihat di Neraca, sedangkan per jenis bahan baku bisa dilihat di buku
persediaan (inventory ledger) dan kartu stock. Cakupan “bahan baku” dalam hal
ini termasuk: bahan penolong/pembantu/apapun namanya.
Pembelian
Bahan Baku – Yang dimaksud dengan “pembelian bahan baku” dalam hal ini adalah total
pembelian bahan baku (termasuk bahan penolong) NETO selama periode yang
dihitung. Misalnya: “Perhitungan HPP untuk bulan Juni 2012”, berarti total
pembelian bahan baku dari 1 s/d 30 Juni 2012. Jika “Perhitungan HPP untuk Tahun
2012”, berarti total pembelian bahan baku dari 1 Januari s/d 31 Desember 2012.
Bisa dilihat di buku besar persediaan. Dan “NETO” dalam hal ini artinya: sudah
memperhitungkan pengurangan dan penambahan akibat adanya discount, rabat, dan
retur.
Saldo
Akhir Persediaan Bahan Baku – Yang dimaksud dengan “saldo akhir persediaan bahan
baku” adalah total nilai persediaan bahan baku (yang tersisa) pada akhir
periode yang dihitung—setelah dilakukan penghitungan fisik dan
penyesuaian-penyesuaian.
Bahan
Baku yang Digunakan – Yang dimaksud dengan “bahan baku yang digunakan”
dalam hal ini adalah total bahan baku yang diolah (diproduksi) untuk
menghasilkan produk yang diinginkan. Angka ini (Rp 67,000 dalam contoh)
diperoleh dengan menggunakan formula perhitungan seperti yang terlihat pada
bagan: saldo awal persediaan bahan baku + pembelian bahan baku – saldo akhir
persediaan bahan.
Tahap 2
Perhitungan Total Biaya
Produksi
Bahan
Baku yang Digunakan – Ini pindahan dari perhitungan tahap 1
Biaya
Tenaga Kerja Langsung – Yang dimaksud dengan “biaya tenaga kerja langsung”
adalah total upah karyawan/buruh yang pekerjaannya berimplikasi langsung
terhadap volume output produk yang dihasilkan. Angkanya bisa dilihat dari
daftar pembayaran gaji untuk karyawan yang masuk dalam kelompok “tenaga kerja
langsung”. Yang masuk dalam kelompok tenaga kerja langsung adalah pegawai yang
dibayar berdasarkan jumlah jam kerja (yang ada rate per jamnya) atau
berdasarkan volume pekejaan yang diselesaikan (biasa disebut borongan).
Sedangkan pegawai bagian produksi di luar kriteria itu, tidak ikut dihitung.
Overhead
Produksi – Overhead
ini sering menjadi sumber kebingungan dan simpang-siur. Begini saja, yang
dimaksud dengan “overhead produksi” adalah segala biaya yang berhubungan dengan
aktivitas produksi selain bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung (lihat
bahan penjelasan mengenai bahan baku di tahap-1). Termasuk dalam kelompok ini
adalah biaya yang timbul dari aktivitas packaging, pengiriman barang, biaya
pemeliharaan mesin dan peralatan, biaya pemeliharaan gedung pabrik dan gudang,
penyusutan mesin dan peralatan, penyusutan gedung pabrik dan gudang.
Total
Biaya Produksi – Yang dimaksud dengan “total biaya produksi” dalam hal ini adalah semua
biaya yang timbul akibat aktivitas produksi yang berlangsung selama periode
yang dihitung—termasuk bahan baku yang digunakan (itu sebabnya mengapa “biaya
bahan baku yang digunakan” dari perhitungan tahap-1 diikutsertakan) ditambah
biaya tenaga kerja langsung dan overhead produksi.
Note: Sampai
pada tahap ini, perhitungan telah mencerminkan segala biaya/cost yang timbul
dari aktivitas produksi selama periode yang dihitung, tetapi belum
mengikutsertakan penggunaan “persediaan barang dalam proses” yang merupakan sisa (saldo akhir) periode sebelumnya.
Itu sebabnya mengapa hasil perhitungan sampai pada tahap-2 ini disebut “Biaya produksi” saja—belum disebut
Harga Pokok Produksi. Lanjut ke tahap-3.
Tahap 3
Perhitungan Harga Pokok
Produksi
Total
Biaya Produksi – Ini pindahan dari perhitungan tahap-2 (baca note di tahap-1)
Saldo
Awal Persediaan Barang Dalam Proses – Yang dimaksud dengan “saldo awal
persediaan barang dalam proses” adalah total nilai persediaan barang dalam
proses di awal periode yang dihitung. Saldo awal periode yang dihitung sama
dengan saldo akhir periode sebelumnya yang secara global bisa dilihat di
Neraca, sedangkan rincian per item/jenis barang bisa dilihat di buku persediaan
(inventory ledger) persediaan barang dalam proses.
Saldo
Akhir Persediaan Barang Dalam Proses – Yang dimaksud dengan “saldo akhir
persediaan barang dalam proses” adalah total nilai persediaan barang dalam
proses (yang tersisa) pada akhir periode yang dihitung—setelah dilakukan
penghitungan fisik dan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan.
Harga
Pokok Produksi – Yang dimaksud denga “harga pokok produksi” adalah segala biaya/cost yang
timbul dari aktivitas produksi pada masa yang dihitung (itu sebabnya mengapa
total biaya produksi dari hasil perhitungan tahap-2 diikutsertakan) ditambah
dengan saldo awal persediaan barang dalam proses, lalu dikurangi saldo
akhirnya.
Note: Ketiga
tahap (dari tahap-1 s/d tahap-3) ini sudah mewakili semua biaya/cost yang
timbul dari aktivitas suatu proses manufaktur (pabrikan). Dengan kata lain,
mencerminkan semua biaya/cost yang timbul akibat proses pengolahan dari bahan
baku menjadi barang yang siap untuk dijual. Kasarannya, angka ini mewakili
nilai persediaan barang jadi yang berhasil dibuat selama periode yang dihitung.
Tetapi belum mengikutsertakan penggunaan persediaan barang jadi SISA dari
periode sebelumnya. Itu sebabnya mengapa hasil perhitungan sampai tahap-3 ini
disebut “Harga Pokok Produksi”
saja—belum disebut Harga Pokok Penjualan. (Untuk menentukan Harga Pokok
Produksi Satuan, perhitungan dibuat ditahap ini dengan cara membagi total nilai
harga pokok produksi dengan jumlah output produk yang dihasilkan selama periode
tersebut, dibuat per jenis/item produk.)
Tahap 4
Perhitungan Harga Pokok
Penjualan (HPP)
Harga
Pokok Produksi – Ini pindahan dari perhitungan tahap-3 (baca note di tahap-3)
Saldo
Awal Persediaan Barang Jadi – Yang dimaksud dengan “saldo awal persediaan barang
jadi” adalah total nilai persediaa barang jadi di awal periode yang dihitung.
Saldo awal periode yang dihitung sama dengan saldo akhir periode sebelumnya
yang secara global bisa dilihat di Neraca, sedangkan rincian per jenis/item
barang bisa dilihat di buku persediaan (inventory ledger) barang jadi dan kartu
stock.
Barang
Tersedia Untuk Dijual – Yang dimaksud dengan “barang tersedia untuk dijual”
adalah total nilai persediaan barang jadi—yaitu: barang jadi yang dihasilkan
selama periode yang dihitung ditambah dengan saldo awal persediaan barang jadi
(alias sisa barang jadi dari periode sebelumnya)—yang tersedia atau siap untuk
dijual.
Saldo
Akhir Persediaan Barang Jadi – Yang dimaksud dengan “saldo akhir barang jadi”
adalah nilai persediaan barang jadi (yang tersisa) di akhir periode yang
dihitung—tentunya setelah melalui penghitungan fisik dan rekonsiliasi (antara
fisik barang dan catatan), serta adjustments yang diperlukan telah dimasukan.
Harga
Pokok Penjualan (HPP) – Inilah hasil (angka) yang diperoleh diujung alur
proses—setelah melalui empat tahap penghitungan—untuk menentukan harga pokok
penjualan perusahaan manufaktur.
No comments:
Post a Comment